Being Kind


It costs you nothing to be a kind-hearted person.

Ada kisah tentang seorang gadis yang berasal dari keluarga yang kaya raya. Tentu saja karena dia kaya, dia bisa membeli apapun yang dia inginkan, termasuk pertemanan. Dalam hal pertemanan, si gadis kaya selalu menggunakan uang dan barang sebagai solusi untuk menggandeng teman. “Untuk apa khawatir? Aku punya banyak uang. Beri mereka sedikit dan mereka akan lengket.” Itu yang selalu ada dalam pikiran si gadis kaya. Setiap hari, si gadis kaya selalu berjalan mengelilingi sekolah dengan teman-temannya yang dia anggap se-level dengan dirinya. Sikap angkuhnya ini membuat banyak orang tidak menyukainya. Tapi, apa pentingnya itu? Si gadis kaya tidak pernah memperdulikan ocehan oranglain tentang dirinya, karena dia adalah dia, dan dia kaya. Omongan-omongan oranglain bisa dia beli berapapun harganya. Sekalipun begitu, si gadis kaya tidak pernah merasa bahagia dan cukup dengan hidupnya. Dia selalu merasa ada yang kurang, kurang, kurang. Saat dia duduk termenung di balik jendela mobilnya, dia melihat banyak anak-anak berpakaian lusuh tertawa dan berlarian dengan layang-layang di tangannya. “Apa yang menyenangkan dari berlarian di bawah terik matahari seperti ini? Aku sama sekali tidak mengerti.” Itu lah yang ada dalam pikiran si gadis kaya. Sesampainya si gadis kaya di rumah, dia langsung mengurung dirinya di dalam kamar. Anak-anak lusuh yang berlarian sambal tertawa riang itu cukup mengganggu ketenangannya. Bagaimana bisa mereka dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan bisa tertawa lebih lebar dibanding dirinya? Si gadis kaya selalu merasa teman-temannya menyebabkan masalah karena mereka selalu ingin “menarik” sesuatu miliknya. Teman-temannya hanya akan bergerombol di sampingnya hanya jika dia menawarkan sesuatu pada mereka, tidak lebih dari itu. Kalau memang teman-temannya peduli, mana mungkin dia selalu merasa kesepian? Si gadis kaya tidak pernah menghargai teman-temannya karena  baginya mereka munafik dan tidak tulus. Sekalipun dia kaya, dia tidak pernah benar-benar bisa merasakan kebahagiaan dalam dirinya.

Coba bayangkan; jika dunia ini dipenuhi dengan orang-orang baik, tentu saja semua orang akan bahagia dan kehidupan pun akan menjadi mudah. Tetapi, kenapa masih banyak orang yang berpikir kehidupan mereka tidak bahagia? Itu karena bagi mereka semua hal yang terjadi dalam kehidupan mereka adalah bencana yang disebabkan oleh orang lain. Bencana tentu saja bukan hal yang baik dan itu berarti orang lain pun bukanlah orang yang baik. Kemudian, orang-orang akan bertanya; “Siapa orang yang tidak baik itu? Apa yang sudah mereka lakukan? Kenapa mereka melakukannya?” Kira-kira dari semua pertanyaan itu, apakah jawabannya? Tentu saja jawabannya akan sangat beragam dengan ditambahi banyak alasan-alasan yang terkadang kita lupa bahwa semua alasan itu hanyalah karangan kita. Lalu, apakah dengan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi dapat menenangkan kita? Apakah semua itu bisa menyelesaikan masalah? I don’t think so..
Bagaimana kalau kita rubah sedikit saja? Cobalah melihat dari sudut pandang yang lain; bukan dari siapa penyebab masalah itu tapi apa akar permasalahan itu. Sebenarnya, musuhmu bukanlah orang lain tetapi dirimu sendiri. Setiap masalah yang datang bukan disebabkan oleh orang lain tapi most likely dari dirimu sendiri, dari reaksimu dan bagaimana kamu melihat masalah itu. Karena itu, yang kita selesaikan masalahnya bukan orangnya. Rubahlah pertanyaannya menjadi; “Apa masalahnya? Dari mana permasalahan ini berasal? Bagaimana menyelesaikannya?”. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa membuatmu berpikir secara rasional, mengontrol emosi, dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Dengan begitu, setiap orang tidak perlu saling salah-menyalahkan atau bahkan saling benci-membenci. Tidak ada orang yang berambisi untuk menjatuhkan satu sama lain karena mereka tahu semua itu percuma. Dengan melakukan hal yang terkesan remeh-temeh tapi menyebalkan dan sulit ini, you’ll evolve to be a better person.

Seandainya si gadis kaya mau menyadari kesalahannya dan merubah pola pikirnya, tentu dia akan menjadi lebih bahagia. Si gadis kaya membenci teman-temannya dan memandang remeh mereka. Semua bisa dibeli dengan uang, itu prinsip besar si kaya. Dia cenderung memandang teman-temannya sebagai sumber masalah baginya. Tetapi, jika si kaya bisa menoleh ke arah yang lain, apa yang akan terjadi? Daripada berpikir tentang teman-temannya, apa saja yang mereka lakukan, tentang seburuk apa itu menyakiti perasaan si gadis kaya, kenapa si gadis kaya tidak mencoba berpikir apa yang telah dia lakukan sehingga teman-temannya bersikap seperti itu? Si gadis kaya sudah menghabiskan banyak uang dan perasaan campur aduk tapi tidak membuatnya merasa lebih baik. Apa yang bisa membuatnya merasa puas dan bahagia? The answer is kindness. Hargai teman, saling membantu, memberi dan menerima dengan tulus, kalau saja si gadis kaya bisa melakukan itu, dia tidak perlu menghambur-hamburkan banyak uang dan tenaga. Dia bisa menjadi orang baik yang berbahagia.


It doesn’t cost you anything but patience.

O.N.M.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Bocah Cilik